
PM Thailand akan digantikan Sementara
Bangkok mendadak ramai dengan gelombang protes setelah rekaman percakapan pribadi sang Perdana Menteri Thailand bocor ke publik. Suara yang terdengar begitu akrab dengan Hun Sen, mantan pemimpin Kamboja, membuat publik merasa martabat negara sedang dipertaruhkan.
Dalam rekaman itu, sang perdana menteri memanggil Hun Sen dengan sebutan “paman” dan berusaha merayu dengan nada penuh keakraban. Ia bahkan menawarkan bantuan demi menjaga hubungan antarnegara tetap tenang di tengah konflik perbatasan. Namun, justru pilihan kata itu memicu amarah rakyat Thailand karena dianggap memperkecil posisi negaranya.
Baca juga: Perdana Menteri Perancis Melangkah dari Kursi: Saat Kepercayaan Hancur

Gelombang Protes Mengguncang Bangkok
Kemarahan publik meluap ke jalan-jalan ibu kota. Massa berkumpul, membawa spanduk yang menuntut mundurnya pemimpin negara. Mereka menilai keakraban berlebihan dengan tokoh asing justru melemahkan wibawa Thailand. Suasana panas ini membuat tekanan terhadap pemerintahan semakin berat dari hari ke hari.
Gelombang protes tidak hanya mengguncang jalanan. Partai koalisi besar, Bhumjaithai, memilih menarik dukungan mereka. Mereka menilai percakapan bocor itu melukai rasa percaya masyarakat sekaligus mempermalukan posisi pemerintah di mata militer. Keputusan itu meretakkan fondasi koalisi dan membuat kursi Perdana Menteri Thailand semakin goyah.
Baca juga: Prabowo Subianto di Beijing: Momen Bersejarah Bersama Xi Jinping, Putin, dan Kim Jong Un
Mahkamah Konstitusi Ambil Alih Kendali
Di tengah krisis, Mahkamah Konstitusi turun tangan. Lembaga itu segera meninjau apakah sang perdana menteri melanggar etika politik. Proses berjalan cepat dan menimbulkan kehebohan baru. Sidang awal menghasilkan keputusan mengejutkan: Perdana Menteri Thailand di Lengserkan sementara dari jabatan, lalu digantikan wakilnya untuk menjaga jalannya pemerintahan.
Lengsernya Sang Pemimpin
Drama politik terus berlanjut hingga akhirnya pengadilan mengumumkan putusan final. Mayoritas hakim menyatakan sang pemimpin bersalah karena menempatkan kepentingan pribadi di atas kehormatan negara. Hubungan terlalu dekat dengan Hun Sen dianggap melemahkan posisi Thailand di tengah perselisihan regional. Putusan itu menutup karier politiknya dan menandai keruntuhan pemerintahannya.
Pelajaran untuk Pemimpin Masa Depan
Rakyat menyaksikan momen bersejarah ini dengan perasaan campur aduk. Sebagian merasa lega karena suara mereka akhirnya didengar. Sebagian lain masih gelisah karena masa depan politik Thailand kembali penuh ketidakpastian. Namun yang jelas, rekaman sederhana telah berubah menjadi badai yang merobohkan kursi kekuasaan.
Kisah jatuhnya seorang pemimpin melalui telepon bocor ini menunjukkan betapa rapuhnya kepercayaan publik. Setiap kata, bahkan yang diucapkan dalam ruang pribadi, bisa berubah menjadi senjata politik yang mematikan. Perdana Menteri Thailand di Lengserkan bukan hanya karena isi percakapan, tetapi karena rakyat sudah kehilangan keyakinan terhadap kepemimpinannya.
Baca juga: Profil Sri Mulyani: Perjalanan Hidup Menteri Keuangan yang Jadi Inspirasi Banyak Generasi

Tragedi ini sekaligus menjadi pelajaran penting bagi pemimpin mana pun. Kejujuran, ketegasan, dan kehati-hatian dalam berbicara akan selalu menentukan masa depan. Bagi rakyat Thailand, peristiwa ini menegaskan bahwa suara publik tetap memegang kendali terbesar atas arah negeri mereka.