
Demo BEM BSI dilakukan dengan Damai
Jakarta, Kamis (4/9/2025), pukul 10.48 WIB — Gedung DPR RI kembali menjadi pusat perhatian. Siang ini, ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM-SI) turun ke jalan membawa tema besar: “Selamatkan Indonesia”. Aksi ini dijadwalkan dimulai sekitar pukul 13.00 WIB, dan aparat sudah menyiapkan 205 personel pengamanan untuk menjaga situasi tetap kondusif.
Baca juga: Bentrokan Panas! Demo DPR Malam Ini Berubah Jadi Chaos

Panggung Suara Mahasiswa
Koordinator BEM-SI, Muzammil Ihsann, menegaskan bahwa aksi ini bukan sekadar unjuk rasa, melainkan panggilan nurani. Spanduk, poster, dan orasi mahasiswa menggema dengan pesan keras: hentikan praktik korupsi, hentikan manipulasi hukum, luruskan sejarah bangsa, dan kembalikan kebijakan negara kepada rakyat. Mahasiswa menilai ada terlalu banyak masalah yang perlu dibongkar, dan DPR adalah panggung yang paling tepat untuk mendengarkan suara itu.
Aparat Siaga, Pendekatan Humanis
Berbeda dengan pengamanan aksi besar sebelumnya, kali ini aparat mengedepankan pendekatan persuasif. Kapolres Jakarta Pusat menekankan bahwa personel hanya bertugas memastikan jalannya demonstrasi tetap damai. Suasana siaga terlihat jelas sejak pagi, barikade dipasang, kendaraan taktis disiapkan, namun semua dilakukan dengan nuansa antisipasi, bukan intimidasi.
Pada aksi-aksi sebelumnya, jumlah aparat yang diterjunkan bisa mencapai ribuan. Demo 21 Agustus, misalnya, sempat memanas hingga melukai polisi akibat lemparan botol, sementara aksi 25 Agustus bahkan membutuhkan 1.250 personel untuk berjaga. Kini, meski jumlah aparat lebih sedikit, kewaspadaan tetap tinggi, terutama karena aksi ini diwarnai isu besar yang menyentuh langsung perasaan publik.
Mengapa Demo Ini Penting?
Bagi mahasiswa, gerakan ini adalah bentuk cinta tanah air. Mereka menolak diam ketika hukum dianggap dipelintir, ketika sejarah dikhawatirkan direkayasa, dan ketika kebijakan pemerintah dianggap jauh dari kepentingan rakyat. Kata “Selamatkan Indonesia” tidak hanya menjadi slogan, tapi seruan untuk membuka mata semua pihak bahwa bangsa ini perlu dijaga dari praktik yang merusak.
Wajah di Jalanan
Sejak pagi, mahasiswa dari berbagai kampus sudah berdatangan. Wajah-wajah muda itu penuh semangat meski hanya bermodal air mineral, megafon, dan spanduk sederhana. Bagi mereka, demo bukan sekadar berkumpul lalu bubar, tapi wadah nyata untuk menguji nyali sekaligus menyalurkan aspirasi. Ada yang datang sambil tersenyum, ada pula yang terlihat tegang, tapi semuanya sepakat: suara mereka harus sampai ke telinga wakil rakyat.
Publik yang Terbelah
Di jagat maya, opini publik soal aksi ini kembali terbelah. Sebagian netizen menyemangati mahasiswa sebagai garda terakhir demokrasi. Mereka melihat aksi BEM-SI sebagai pengingat keras bahwa rakyat, khususnya generasi muda, tidak bisa diremehkan. Namun ada juga yang khawatir, jangan sampai aksi damai ini berubah ricuh seperti sebelumnya. Kekhawatiran wajar, apalagi jika emosi lebih dominan daripada pesan yang ingin disampaikan.
Kilas Balik Aksi Sebelumnya
Gerakan BEM-SI memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebelum aksi “Selamatkan Indonesia”, mahasiswa sempat menggelar demo bertajuk “Indonesia Sold Out” yang berakhir ricuh. Gelas air mineral beterbangan, dan aparat sempat menjadi korban luka. Beberapa hari berselang, mereka kembali dengan tema “Revolusi Rakyat” yang menyedot ribuan massa dan perhatian nasional. Kini, giliran “Selamatkan Indonesia” yang digaungkan — sebuah pesan singkat namun sarat makna.
Menuju Demokrasi yang Lebih Dewasa
Banyak yang menilai, unjuk rasa mahasiswa adalah cermin demokrasi yang masih hidup. Pertanyaan besarnya: apakah aksi hari ini akan menghasilkan perubahan nyata, atau sekadar jadi catatan tambahan dalam daftar panjang demonstrasi di Senayan?
Mahasiswa berharap DPR tidak hanya mendengar, tapi juga bertindak. Sementara masyarakat luas berharap, suara lantang di jalan bisa diimbangi dengan langkah nyata di ruang sidang.
Baca juga: Bentrokan Panas! Demo DPR Malam Ini Berubah Jadi Chaos

Siang ini, Jakarta kembali menghirup udara yang bercampur dengan teriakan mahasiswa. Aksi “Selamatkan Indonesia” menunjukkan bahwa generasi muda masih peduli, masih berani, dan masih mau bergerak demi negeri. Dengan pengamanan yang diupayakan tetap humanis, publik berharap demo ini bisa menjadi momentum kedewasaan demokrasi, bukan sekadar episode panas yang cepat dilupakan.